Warta
Trending

PCINU Mesir Mengupas Involusi Pergerakan Islam

KAIRO, BEDUG.NET— Jumat, 6 April 2018, PCINU Mesir bekerjasama dengan El-Montada dan KBRI Kairo mengadakan seminar kebangsaan. Acara bertempat di auditorium Daha KMJ, Hay Asyir, Kairo, menghadirkan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006-2015 dan Gus Syafiq Hasyim, Ph.D, Wakil Ketua PTNU. Acara yang berlangsung cukup semarak ini dihadiri sekitar 100 orang warga Nahdliyin, baik dari mahasiswa strata satu maupun pascasarjana.

Seperti lumrahnya, acara diawali dengan seremonial pembukaan, lalu disambung dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Nahdlatul Ulama, lagu “Yalal Wathan” dan dipungkasi rangkaian sambutan. Dari beberapa sambutan yang disampaikan, yang menarik adalah isi sambutan dari Kepala Atase Pendidikan KBRI Kairo, Bapak Usman Syihab. Entah bermaksud menyindir atau tidak, Bapak Usman menyampaikan selamat kepada orang-orang hadir dalam acara seminar kebangsaan itu. “Selamat kepada kalian semua yang telah hadir malam ini. Kalian semua orang-orang yang beruntung, karena mengikuti seminar yang dapat menunjang pembelajaran dan keilmuan kalian, jadi ambillah manfaat dan ilmu dalam seminar ini,” bebernya.

Memasuki acara inti Seminar kebangsaan, narasumber pertama yang menyampaikan materinya adalah, Gus Syafiq. Dalam paparannya, Gus Syafiq menjelaskan arti politik identitas. Ia menuturkan bahwa politik ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan negara dan tata pemerintahan. Sementara identitas ialah ciri khusus yang dimiliki oleh sesuatu tertentu. “Jadi, politik identitas adalah politik yang didasari atas persamaan-persamaan tertentu, seperti agama, etnis, suku, golongan dan sebagainya. Politik identitas bukanlah sesuatu hal baru, bukan yang berkaitan dengan 212, Puisi Konde dan kebangkitan Salafi-Wahabi, melainkan sesuatu yang telah lama dalam dunia politik,” urainya.

Beliau lantas menjelaskan bahwa muslim punya multiple and derivative identity. menurutnya, muslim punya berbagai identitas yang disebut derivative identity. Yaitu pertama Islam sebagai muara dan diiringi aliran lainnya. Misalnya, pertama orang Islam, kedua orang NU atau Muhammadiyah, ketiga kalau NU, NU garis lurus atau garis miring atau biasa saja. Hal inilah yang menurutnya bisa menjadikan tabrakan antarberbagai identitas dalam Islam, jika tidak dikelola dengan baik dan dapat mengganggu kestabilan, dengan adanya permasalahan yang kompleks. “Indonesia terancam dengan politik identitas, karena Indonesia terbangun berdasarkan pluralisme. Untungnya para pendahulu kita berhasil menyatukan keberagaman ini dalam sebuah wadah bernama Pancasila,” tandasnya. Lulusan S2 Universitas Leiden Belanda kemudian itu mewanti-wanti bahaya kemungkinan delegitimasi terhadap negara. “Ada keinginan besar untuk mengganti negara, maka akan berbahaya dan kita harus jaga serta pertahankan. Kita jaga NKRI dari usaha orang-orang yang ingin mengoverlap konsensus negara kita,” pungkasnya.

Beralih ke narasumber kedua, Prof. Komaruddin memaparkan sejarah politik zaman para nabi terdahulu dan bagaimana gambaran hubungan nasionalisme dengan agama di berbagai negara. Beliau menuturkan bahwa ketika nabi datang, agama dan negara jadi satu. Nabi sebagai pemimpin agama, sekaligus pemerintahan, karena memang penduduknya masih sedikit.

Profesor Komaruddin lantas menjelaskan sebab demokrasi di Indonesia berkembang, sedangkan di Timur Tengah tidak. Beliau juga menjelaskan pilar-pilar negara. Menurutnya, demokrasi Indonesia bisa berjalan karena partisipasi aktif masyarakat dan masyarakat bebas berbicara. Negara Indonesia menurutnya dibangun berdasarkan empat pilar, yaitu agama, sains, pranata sosial yang kuat (etika) dan demografi penduduk.

Di akhir pemaparan, beliau juga mewanti-wanti Masisir terkait dunia politik. “Kalian jangan sibuk bertengkar politik identitas, tanpa membuat step building dengan juga memadukan keempat pilar tadi. Terutama untuk agama dan sains, yaitu dengan meningkatkan kualitas SDM kita. Kalau enggak mau gitu, ya kita tidak akan maju-maju,” tutup beliau. (aiz)

Back to top button
Verified by MonsterInsights