
KAIRO, BEDUG- Kamis, 28 Juni 2018, Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) melaksanakan hajatan demokrasinya. PPR (Panitia Pemilu Raya) sebagai pihak penyelenggara melaksanakan pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden PPMI selama setahun ke depan. Tepatnya untuk masa khidmah 2018-2019 Masehi.
Dalam pemilihan kali ini, terdapat dua pasang calon yang berlaga. Pasangan pertama Jihad-Khudori, sedang pesaingnya adalah Ibsin-Mahdi. Setelah melalui masa kampanye selama sepekan, pemilu akhirnya dilaksanakan di tiga tempat. Dua di Kairo dan satu tempat di Iskandariyah. Pemilih bisa melakukan pencoblosan sejak pukul 10.00 WLK. Dari hasil liputan wartawan Bedug di lapangan, alur pemilih di TPS yang bertempat di Konsuler, Hay al-Asyir tampak sepi di awal waktu yang ditentukan. Tampak hanya beberapa pemilih saja yang berpertisipasi. Namun setelah Ashar, sekitar pukul 16.30 WLK, antrian justru membeludak hingga lantai dasar. Hingga saat berita ini naik cetak, antrian masih padat menumpuk. Menurut salah seorang pemilih asal KKS, Rusyaid, hal itu bisa berlangsung lama dan melelahkan. “Ini kayaknya tidak selesai sampai jam 7, karena masih banyak orang tak ineh (sepertinya semakin banyak orang).”
Sementara menurut Kevin, Warga KPJ yang sudah berada di TPS sejak pukul 17.00, ia baru bisa mencoblos pada pukul 17.25 WLK. Pendapat berbeda diutarakan Syamsul, warga KPMJB. Menurutnya, jalur partisipasi pemilih yang hanya satu untuk putra-putri memperlambat alur antrian pemilih. Kejadian semacam ini tidak terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Entah karena partisipasi politik tahun ini yang semakin tinggi, atau karena kekurangsigapan panitia menghadapi menumpuknya antrian yang ada. Semoga, kejadian ini bisa menjadi bahan evaluasi PPR untuk tahun-tahun ke depan.
Sampai berita ini dimuat, kegiatan pencoblosan masih berlangsung, sehingga hasil akhir Pemilu Raya Masisir masih belum bisa diketahui. (ahsan)