Warta
Trending

KMB Adakan Wisata Rohani ke Makam Masyayikh dan Wali Kutub

Kairo, Bedug—Anggota Kelas Menulis Bedug (KMB) merealisasikan agenda wisata rohani ke beberapa makam masyayikh al-Azhar. Wisata rohani tersebut dikonsep sebagai bentuk rehat dari dinamika KMB yang telah berlangsung sekitar satu bulan lebih pasca-liburan panjang musim panas ini. Berawal dari inisiatif salah satu anggota KMB pada 22 Juli 2018, akhirnya ketua kelas KMB, Moh Baharuddin as-Syifa memutuskan untuk mensukseskan wisata rohani tersebut pada Sabtu, 4 Agustus 2018.

Destinasi pertama mereka terlaksana dengan mengunjungi makam Grand Syekh al-Azhar ke-46, Syekh Abdul Halim Mahmud yang terletak di kawasan Provinsi Syarqiyah, tepatnya di kota Bilbis, desa as-Salam. Sekitar jam 7.00 CLT, rombongan wisata rohani yang berjumlah 15 personalia tersebut sampai di makam Syekh Abdul Halim Mahmud. Setibanay di sana, rombongan ziarah memasuki area makam sembari bertawasul dengan membaca al-Fatihah dan tahlil. Menurut pemaparan ketua rombongan, Mas Muhid pada 1910 beliau sempat belajar di Universitas Sorbonne, Perancis dengan menggunakan biaya sendiri. Tidak hanya itu, ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa beliau selalu bertawasul ke makam Sayidina Husein bin Ali sebelum memasuki kantor masyikhah (sekarang menjadi kantor Haiah Kibar al-Ulama).

Wisata rohani dilanjutkan ke destinasi kedua, yaitu makam Syekh Mutawalli as-Sya’rawi yang terletak di kota Provinsi Daqahliyah, kota Mit Ghamr desa Daqadus. Beliau adalah Singa Podium sekaligus mufassir yang menafsiri al-Quran secara utuh dengan lisan. Video-video ceramah beliau sampai saat ini masih bertebaran dan sering diperdengarkan di beberapa televisi dan radio Mesir. Beliau lebih muda setahun dari Syekh Abdul Halim Mahmud. Walaupun hidup dalam satu masa, Syekh Mutawalli as-Sya’rawi lebih aktif dakwah dengan lisan, sementara Syekh Abdul Halim Mahmud banyak berdakwah melalui tulisan.

Seusai bertawasul di makam Syekh Mutawlali Sya’rawi, rombongan menyempatkan makan siang bersama sebelum melanjutkan destinasi ketiga, yaitu makam Syekh Badawi. Jarak antara makam Syekh Mutawalli as-Sya’rawi dengan Syekh Badawi terhitung dekat, berkisar sekitar satu jam atau lebih dengan mengendarai el-Tramco. Rombongan sampai di masjid Syekh Badawi kira-kira jam 13.30 CLT. Usai melakukan shalat jamak Dhuhur dan Ashar, Mas Muhid menjelaskan beberapa karamah Syekh Badawi. Beliau adalah seorang wali kutub empat yang kewaliannya sudah diketahui banyak orang sejak beliau lahir ke dunia. Semasa hidupnya, beliau pernah ikut turun ke medan perang ketika Mesir dijajah oleh bangsa Perancis. Karamah lainnya ialah bahwa beliau sering membebaskan para tahanan. Bahkan, sebelum Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir setelah tiga tahun menjajah, ia sempat meminta berkah ke makam Syekh Badawi.

Selesai dari makam Syekh Badawi, rombongan bertolak menuju destinasi terakhir, makam Syekh Ibrahim al-Dasuqi. Rombongan menghabiskan waktu sekitar satu jam lebih untuk berdoa, bertawasul sekaligus melihat keindahan masjid Syekh Ibrahim al-Dasuqi. Saat perjalanan menuju Kairo, Mas Muhid menceritakan bahwa beliau adalah seorang wali kutub empat yang melajang semasa hidupnya. Beliau sangat masyhur dengan tirakatnya selama 40 tahun dengan tidak keluar dari rumahnya sama sekali, kecuali ketika ibunda beliau wafat. Hal itu dilakukan sebagai bentuk mujahadah beliau ntuk menghindari hal-hal duniawai dan lebih intim berhubungan dengan Tuhannya.

Wisata rohani tersebut, menurut Mas Muhid hendaknya dijadikan sebagai sarana refleksi diri. Bagaimana para wali dan ulama ini menempuh tirakat dan perjalanan intelektual, produktif menulis namun juga peka terhadap lingkungan sekitar merupakan nilai-nilai yang semestinya bisa diilhami. Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya rombongan tiba di Kairo sekitar pukul 21.25 WLK. Mereka lantas kembali ke kediaman masing-masing.

Back to top button