
Jangan mengaku romantis dan peka, jika Anda belum bisa “menikmati” film Korea. Barangkali ungkapan tadi sedikit hiperbolis atau lebay, tapi menurut subjektif saya, terkadang itu ada benarnya. Apalagi jika film yang ditonton itu film Korea bergenre romantis.
Salah satu cara saya menikmati film adalah dengan menganalisis dan menuliskan plus-minus film itu dalam sebuah tulisan. Kali ini, saya pengin mengulas film garapan Lee Eung Bok, berjudul Mr. Sunshine. Lee Eung Bok adalah sutradara drama unggulan Korea Descendant of The Sun dan Goblin. Film drama bergenre asmara dan sejarah ini (Mr. Sunshine), sukses meraih penghargaan Drama of The Year 2018 dari APAN Star Awards.
Drama ini mengisahkan kehidupan Kapten Korps Marinir Amerika Serikat, Eugene Choi (Lee Byung Hun) yang berasal dari wilayah Joseon, Korea Selatan. Eugene Choi mengalami masa kecil yang penuh penderitaan, karena ia terlahir sebagai budak. Ketika usia 10 tahun, ia harus menyaksikan kematian kedua orang tuanya akibat disiksa oleh majikannya. Sebelum meninggal, ibunya berhasil menyelamatkan Eugene. Ia lantas memerintahkan Eugene lari sejauh mungkin, agar tidak tertangkap sang majikan. Dengan bantuan pengrajin kendi, Eugene kecil berhasil diselundupkan ke Amerika (USA) lewat perantara misionaris yang bernama Joseph.
Peristiwa tragis yang dialami membuat Eugene tumbuh menjadi lelaki berkompeten, berwibawa dan penuh pendirian. Dia berhasil menjadi tentara Amerika yang karismatik dan cakap. Setelah 30 tahun di Amerika, ia dipindahtugaskan ke Joseon. Meski terlahir di Joseon, namun ia tidak memiliki rasa nasionalisme terhadap Joseon. Ini diakibatkan memori kelam yang menimpanya saat menjadi budak di Joseon dulu. Meski begitu, ia justru menemukan tambatan hatinya di Joseon. Walaupun tidak “mau” berkorban sama sekali untuk Joseon, tapi ia rela berkorban jiwa raga demi perempuan yang dicintainya itu aman dan terlindungi.
Perempuan beruntung yang dicintai Eugene tersebut ialah Go Ae Shin (Kim Tae Ri). Ia adalah cucu seorang bangsawan yang sangat dihormati di Joseon. Orang tuanya dibunuh Duta Besar Joseon untuk Jepang; Lee Wan Ik, saat ia masih bayi dan tinggal di Jepang. Tersebab itu, ia bertekad membalaskan dendam kedua orang tuanya. Ketika remaja, ia belajar bertarung, menembak dan menggemari senjata sniper. Ia tumbuh menjadi perempuan yang cantik, elegan, dan berwibawa. Hidupnya dipenuhi kecukupan dan kemudahan, namun ia tidak menjadi manja dan lemah. Justru sebaliknya, ia menjadi sosok yang tangguh, tegas dan punya rasa nasionalisme yang tinggi. Hal ini terbukti ketika ia menjadi anggota Pasukan Kebenaran (pasukan yang membela dan mempertahankan Joseon dari penjajahan bangsa lain).
Karena berparas cantik dan berkarakter, tak heran bila Go Ae Shin menjadi rebutan tiga lelaki keren. Yaitu Eugene Choi, Go Dang Mae dan Kim Hui Seong. Eugene Choi jatuh cinta saat keduanya bertemu di peristiwa penembakan warga Amerika. Keduanya sama-sama memiliki target membunuh seorang warga USA. Eugene hendak membunuhnya karena targetnya telah mempermalukan USA. Adapun Ae Shin berniat menembaknya karena warga asing tersebut telah menjual Joseon kepada Jepang. Syahdan, saat itu juga berlangsung penerangan lampu untuk pertama kalinya di Joseon. Soal perasaan, Ae Shin juga memiliki perasaan yang sama dengan Eugene. Kisah asmara antara Eugene dan Ae Shin berlangsung sangat romantik dan menarik, penulis naskah film bisa menghadirkan alur yang telah terkonsep rapi, menarik dan tidak membosankan.
Meski begitu, cinta mereka tidak terlepas dari berbagai konflik, aral dan polemik. Konflik internalnya yaitu kakek Ae Shin tidak merestui hubungan mereka. Adapun konflik eksternalnya, banyak laki-laki yang jatuh cinta kepada Ae Shin. Di antaranya pertama, Go Dang Mae (Yoo Yoon Seok). Ia (Go Dang Mae) dulunya seorang anak tukang daging dan jagal di Joseon. Ia bersama keluarganya mendapat perlakuan semena-mena dari salah satu bangsawan yang membeli daging di tokonya. Tak terima anaknya diperlakukan semena-mena, ibu Dang Mae memerintahkan Dang Mae kecil untuk pergi sejauh mungkin dari Joseon. Setelahnya, ia melihat ayah dan ibunya disiksa dan dibunuh. Kemudian, ia dikejar-kejar oleh pembunuh bayaran. Kebetulan ia diselamatkan oleh nona Ae Shin, hingga akhirnya berhasil lari ke Jepang. Setelah lama di Jepang, ia menjadi ahli pedang, dan didapuk menjadi salah satu pemimpin kelompok Naga Hitam. Go Dang Mae sangat sadis, dan tidak segan-segan mengambil nyawa seseorang. Salah satunya yaitu nyawa bangsawan yang dulu pernah menginjak-injak ibu dan ayahnya saat ia masih kecil. Meski begitu, ia tetap mempunyai perasaan terhadap istimewa kepada perempuan istimewa di hatinya, yaitu nona Ae Shin. Akan tetapi perasaannya bertepuk sebelah tangan. Karena Ae Shin sudah punya tambatan hati dan tidak suka dengannya. Meski begitu, Go Dang Mae memiliki tekad kuat menjaga dan melindungi nona Ae Shin, walaupun cintanya tak terbalaskan.
Lelaki kedua adalah Kim Hui Seong (Byun Yo Han). Ia merupakan cucu bangsawan yang membunuh ayah dan ibu Eugene Choi. Sejak kecil, ia senantiasa hidup mewah, tanpa pernah merasakan kesusahan sama sekali. Ketika besar, ia disekolahkan ke Jepang selama 10 tahun. Wataknya berbeda dengan keluarganya, ia memiliki perangai yang lemah lembut, ceria, mudah bergaul dan sama sekali tidak suka perbudakan. Orang tuanya menjodohkannya dengan Go Ae Shin. Tapi, ia tidak setuju dengan perjodohannya, sehingga ia banyak menghabiskan waktunya di Jepang. Tetapi, setelah pulang di Joseon, justru ia jatuh cinta kepada Ae Shin. Namun nahas, hubungan mereka tidak dapat dilanjutkan, karena Ae Shin ternyata tidak mencintainya. Hal inilah yang membuat kakek Ae Shin marah besar. Mengetahui cinta tulus Ae Shin hanya kepada Eugene, akhirnya Hui Seong membatalkan pertunangan tersebut.
Saat terjadi penjajahan Jepang, Ae Shin berjuang sekuat tenaga bersama rakyat Joseon untuk melawan Jepang. Sedangkan Eugene mengorbankan nyawanya saat di kereta. Tujuannya agar Ae Shin selamat dan berhasil menyelesaikan misinya dalam melindungi Joseon. Hui Seong menjadi reporter dan penulis yang menggerakkan masyarakat Joseon agar berperang melawan Jepang. Dan Dang Mae membalaskan dendamnya kepada Jepang, karena telah membunuh seseorang yang mencintainya, yaitu Kudo Hina.
Film Mr. Sunshine yang telah memperoleh penghargaan pun tidak terlepas dari kekurangan. Setidaknya bagi saya pribadi. Di antara terkait fakta sejarah yang ditampilkan kurang menyentuh, khususnya bagi penonton umum, terlebih bagi masyarakat Korea Selatan. Selebihnya, drama ini justru lebih dianggap pro Jepang dan menganggap Amerika Serikat sebagai pahlawan. Padahal saat masa-masa mendekati peperangan, kedutaan Amerika yang pertama kali meninggalkan Joseon. Selain itu, plotnya terlalu banyak menceritakan kedigdayaan Jepang dalam dunia militer, teknologi, hingga dalam kemajuan industri.
Di sana juga disebutkan bahwa sebab banyaknya warga asing masuk ke Joseon karena kacaunya dan kemunduran Joseon. Padahal banyak pihak yang menyebutkan kalau kacaunya Joseon disebabkan adanya penjajahan Jepang, usai kemenangannya saat melawan Rusia. Selain itu, menurut saya, Raja Joseon tidak memiliki kewenangan dan kemampuan sama sekali. Hal ini terbukti ketika Menteri Luar Negeri Joseon bersekongkol dengan Jepang untuk menjual dan menyerahkan negerinya kepada Jepang. Tak hanya itu, para aristokrat istana juga telah berkhianat dan lebih memilih bersekongkol dengan Jepang. Perbedaan kasta juga sangat mencolok di sini. Dimana kaum bangsawan, aristokrat memiliki kedudukan yang tinggi, dan bisa berlaku semena-mena terhadap siapapun.
Namun, di balik kekurangannya, Mr. Sunshine cukup berhasil mengajarkan berbagai nilai positif. Nilai sosial, misalnya Eugene Choi tidak melakukan balas dendam terhadap keluarga yang membunuh kedua orang tuanya. Justru, ia malah berakhir menjadi teman dengan cucu mereka; Hui Seong. Hui Seong, yang kebetulan tidak mengikuti kepribadian buruk kakek dan kedua orang tuanya. Malahan ia menjadi pribadi yang baik dan ikhlas mendapat balasan sesuai dengan perbuatan kakeknya dulu. Rasa nasionalisme dan patriotisme turut mewarnai drama ini. Hal ini bisa dilihat saat Pasukan Kebenaran berjuang dan rela berkoban demi Joseon, walau dibayar dengan kematian. Akhirnya, berkat mereka rakyat Joseon mau berjuang melawan penjajahan Jepang.
Drama yang menelan biaya produksi sekitar 30 miliar Won (sekitar 387 miliar Rupiah) ini, menampilkan sinematografi yang cukup memukau. Banyak yang menganggap bahwa Mr. Sunshine termasuk drama Korea terbaik sepanjang masa. Setting masa lampau juga sangat menarik, seperti suasana peperangan, suasana kerajaan Joseon, dan pemandangan indah dengan menampilkan 4 musim di Korea Selatan. Totalitas dan keahlian yang ditampilkan para pemain, juga menjadi kelebihan drama ini. Tak heran, bila para pemainnya meraih banyak penghargaan. Sebut saja, Lee Byung Hun yang mendapat Daesang (Grand Prize); sebuah penghargaan utama, dan Kim Tae Ri mendapat Best New Actress dari APAN Star Awards tahun 2018. Apakah film Mr. Sunshine juga mendapat penghargaan di mata pembaca resensi ini, kiranya semua akan bergantung pada sejauh mana bacaan dan piknik Anda sekalian.