Warta

Duka Lara dari Musibah Tenggelamnya Warga al-Amien di Qonatir

Qonatir, bedug.net— Musibah tenggelamnya dua mahasiswa al-Azhar asal Indonesia di sungai Nil wilayah Qonatir menyisakan duka lara mendalam. Khususnya bagi anggota IKBAL (Ikatan Keluarga Besar Al-Amien) Korda Kairo, pun bagi umumnya Masisir. Bagaimana tidak, musibah itu terjadi di tengah suasana piknik anggota IKBAL di area sungai Nil Qonatir. Apalagi kedua korban dikenal sebagai pribadi yang sangat baik dan dekat dengan kawan-kawan yang ditinggalkan. Tidak ada yang mengira acara memancing ikan bersama pasca-ujian tersebut akan berujung pilu. Sejak awal, semua peserta bersuka ria menyambut dan mempersiapkan acara piknik. Mulai dari pendataan peserta, hingga konsumsi, seluruhnya dilakukan bersama-sama, tanpa dikomando terlebih dahulu.

Sejak semula, Senin (29/07/2019), rombongan memulai kegiatannya dengan mempersiapkan bahan makanan dan tempat pembakaran ikan di sekitar sungai atau danau pemancingan Qonatir. Beberapa orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing, ada yang memancing ikan, mempersiapkan tungku pembakaran dan ada yang mempersiapkan makanan untuk disantap bersama, empat orang sisa dari rombongan memilih mandi di pinggiran sungai Nil.

Dari awal, kegiatan berjalan baik-baik saja, bahkan mengasyikan. Hasil memancing pada saat itu sangat memuaskan. Apalagi Ainur Rohman, kala itu ia antusias dan menuai hasil terbanyak, setiap kali umpan ia lempar, paling cepat disambar ikan. Saking asyiknya memancing, semua tidak sadar jika Mutawakkil, salah seorang yang mandi di tepian sungai mulai menjauh dari tepian. Beberapa teman yang ikut mandi sudah mencoba memperingati agar tidak terlalu ke tengah, namun mungkin kurang begitu terdengar.

Tidak lama kemudian, karena arus di bawah air sungai Nil ternyata deras, Mutawakkil mulai hilang kendali, ia lantas berteriak “Tolong, Kanak! Kebawa arus saya. Allah Allah Allah!!!” Semua rombongan piknik panik mencari pertolongan.

Dalam situasi panik itu, Ainur Rohman reflek mencebur untuk menolong. Sebelumnya, ia sempat meminta bantuan orang lain yang pandai berenang untuk membantunya. Namun karena tidak ada satu pun yang bisa berenang, akhirnya Ainur Rohman sendiri yang bergegas menyelamatkan Mutawakkil.

Ainur sebenarnya pandai berenang, namun karena kondisi kesehatan sedang menurun dan tidak fit, akhirnya justru ia ikut terseret arus bawah sungai Nil yang deras. Hal ini sebagaimana penuturan Rifai, salah seorang sahabat Ainur Rohman. “Ainur Rohman sebelumnya memang masih sakit, ditambah lagi sejak malam memang dia kurang tidur dan belum makan,ungkap Rifai. Belum lagi karena faktor Ainur Rohman sebagai penolong itu ukuran badannya jauh lebih kecil daripada Mutawakkil. Sehingga sangat mungkin justru akhirnya ia ikut tertarik pusaran arus bawah sungai Nil. Walhasil, keduanya akhirnya menjadi korban ‘amukan’ kuatnya arus sungai Nil di daerah Qonatir tersebut.

Sekitar setengah jam kemudian, TIM SAR bersama kepolisian dari Qonatir baru bergerak menyelamatkan dan mencari kedua korban. Tidak sampai lama, tubuh Ainur Rohman bisa ditemukan tidak jauh dari lokasi tenggelam dalam keadaan tidak bernyawa. Sementara saudara Mutawakkil, setelah lama dilakukan pencarian hingga senja, masih belum bisa ditemukan oleh tim SAR dan kepolisian.

Pada saat itu, rombongan dari Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia Mesir (PPMI Mesir) datang membantu mengurusi  masalah korban dengan pihak kepolisian dan pihak medis di lokasi. Sebelum petang, kawan-kawan mahasiswa dan kerabat yang di lokasi diarahkan pulang. Tersisa tiga orang saksi ditemani Presiden PPMI ikut bersama rombongan polisi untuk memberi kesaksian.

Untuk mendoakan almarhum, sekretariat IKBAL mengadakan acara khataman al-Quran, bacaan Tahlil serta doa khusus. Hampir semua hadirin menitikkan air mata serta tampak syahdu dalam mendoakan keduanya. Puncaknya isak tangis hadirin pecah saat pembacaan doa khusus untuk almarhum. Rasa kehilangan itu tidak berlebihan, sebab keduanya dikenal sangat baik semasa hidupnya. Ainur Rohman selain aktif di kajian SAS Center, ia juga ketua IKBAL yang masyhur memiliki budi pekerti luhur. Banyak seniornya mengakui  bahwa ia suka sekali membantu, bahkan meski keadaannya sendiri sedang kesusahan. Bahkan almarhum sering kali memaksakan diri demi untuk membantu orang lain. Kebaikan dan ketulusannya dalam mengabdi semasa hidup, terbukti bagaimana ia juga mengakhiri usianya dalam kondisi sedang menolong orang. Konon ia juga kerap menyembunyikan penyakit yang sedang dideritanya, memilih sibuk mengurusi amanah yang diembannya sebagai ketua. Cerita itu sebagaimana diungkapkan Aqid selaku kawannya. Maka menjadi tidak mengherankan, jika menurut saksi yang melihat kondisi pertama kali almarhum ditemukan, almarhum nampak sedang dalam posisi tersenyum sambil kepala sedikit mendongak ke atas. Seperti gambaran kelegaan seseorang ketika melihat sesuatu yang indah atau selesai mengerjakan sesuatu yang disenangi.

Besoknya, Selasa pukul 14.00 waktu setempat, tubuh Mutawakkil berhasil ditemukan di daerah Qalyubi dalam keadaan meninggal dunia. Suasana duka dan syahdu semakin menyelimuti sekretariat IKBAL Korda Kairo. Para teman sejawat dari korban banyak yang menangis sedih saat ditemui di sekretariat IKBAL. Mereka benar-benar sangat kehilangan dua orang yang sangat mereka sayangi. Almarhum Mutawakkil adalah sosok sahabat yang sangat baik, ceria dan juga gemar menolong kawannya. Selain sebagai anggota IKBAL, almarhum Mutawakkil juga tercatat sebagai anggota HIMASAL (Himpunan Santri Alumni Lirboyo) Mesir, karena memang pernah mengenyam pendidikan di salah satu ponpes unit di Lirboyo. Selain itu, almarhum juga aktif di beberapa kegiatan PCINU Mesir, serta menjadi vokalis grup hadrah an-Nahdlah. Semua yang mengenal almarhum Mutawakkil sangat kehilangan sosoknya yang ceria dan baik.

Rencananya, jenazah keduanya akan dibawa dan dimakamkan di kampung halaman masing-masing almarhum. Untuk meringankan biaya pemulangan keduanya, pembaca bedug.net bisa mengirimkan donasinya melalui pihak-pihak terkait. (red)

Back to top button
Verified by MonsterInsights