Opini

Mengupas Sisi Menarik Kehidupan Rasulullah SAW

Begitu memasuki bulan Rabiul Awal, lazimnya kita akan mengadakan sebuah peringatan paling agung bagi setiap muslim. Yaitu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Yang mana, peringatan Maulid termasuk salah satu hari raya besar dalam Islam, selain dua hari raya Id. Umumnya, masyarakat Islam memperingatinya dengan penuh semangat dan suka cita setiap tahunnya, terkhusus pada bulan Maulid ini. Sudah jamak diketahui pula, bahwa beliau nabi ialah baginda dari semua suku bangsa di semua generasi umat manusia. Lantas, bagaimana cara lisan kita menyambut peringatan Maulid Nabi SAW tersebut?

Jika kita cermati, Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi awal permulaan kabar gembira bagi seluruh alam semesta. Kelahiran beliau menunjukkan telah munculnya sang pembawa kebenaran dan juga menjadi awal permulaan semua kebaikan yang telah lama dinantikan oleh masyarakat. Masyarakat di segenap penjuru dunia yang sebelumnya bergelut dengan aktifitas ibadah kepada berhala, menyembah api, bulan, matahari atau sesembahan lainnya kemudian berganti menjadi menyembah Tuhan Yang Esa. Semua bermula ketika Allah SWT mengutus Nabi SAW kepada mereka untuk memberikan petunjuk dan bimbingan. Allah Yang Esa mengirim seorang nabi yang memiliki nilai keagungan luar biasa, sifat keteladanan yang tinggi dan juga memiliki kedudukan yang agung di tengah kejahiliahan masyarakat saat itu.

Syahdan, saat itu pula Allah SWT menunjukkan sisi kelembutan dan kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya. Ini manakala beliau mengutus Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah terakhir yang menyampaikan ajaran Allah kepada manusia. Maka, tak heran bila beliau menjadi rasul terakhir yang menyebarkan kitab samawi dan juga syariat ilahiah terakhir. Beliau juga mengembalikan nilai kemanusiaan dan kemuliaan dalam diri setiap orang. Ini bisa kita lihat saat orang-orang beribadah kepada Allah, setelah sebelumnya menyembah patung, api dan sebagainya. Selain itu, beliau mengajarkan bahwa perbedaan warna kulit, suku bangsa dan perbedaan lainnya tidak semerta menunjukkan kemuliaan seseorang. Sebab bagi Allah, kemuliaan seseorang dilihat berdasarkan ketakwaan dan bagusnya akhlak. Takwa di sini misalnya taat kepada Allah, membela kebenaran, melakukan perbuatan baik dan melindungi tanah airnya. Pun dengan adanya perintah beliau untuk mempelajari keilmuan, yang tentunya untuk dapat diamalkan, sehingga bermanfaat bagi manusia dan umat Islam pada khususnya.

Ada banyak kegiatan dan cara untuk memperingati Maulid Nabi SAW. Salah satunya ialah melalui lisan kita. Bagaimana caranya? Caranya ialah membaca sisi-sisi menarik dari kehidupan Rasulullah SAW dan berusaha mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, di sini saya akan mengupas beberapa sisi menarik dari Nabi Muammad SAW. Pertama, Nabi SAW telah mendapat gelar al-Shâdiq al-Amîn di usianya yang muda. Gelar ini diberikan oleh masyarakat Quraisy kepada beliau karena telah berhasil menyelesaikan konflik perihal pemindahan Hajar Aswad. Konflik ini sejatinya akan menimbulkan peperangan antar kabilah di masyarakat Quraisy. Ini terjadi karena setiap kabilah merasa lebih berhak untuk memindahkan Hajar Aswad kembali kepada tempatnya semula di Ka’bah. Kemudian, Nabi SAW datang dan memberikan pandangannya tentang konflik tersebut. Beliau diminta oleh masyarakatnya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Lantas, beliau memberikan solusi agar Hajar Aswad diletakkan di atas kain selendang. Lalu, setiap perwakilan kabilah saling memegang ujung kain tersebut. Hingga akhirnya, batu tersebut dapat dikembalikan sesuai tempatnya.

Kemudian, apa sisi menarik dari peristiwa tersebut? Ini menunjukkan bahwa hal tersebut seakan menjadi pertanda bahwa mereka telah menerima sang pembawa risalah ilahiah terakhir. Yang mana, beliau akan mengembalikan manusia kepada akidah dan agama yang benar. Hal ini bisa kita lihat di zaman sekarang. Misalnya banyak tokoh publik yang semakin dikenal masyarakat berkat sifat kejujuran dan keamanahannya ketika berada di kehidupan masyarakat. Inilah salah satu kunci seseorang bisa dipercaya oleh orang lain, yaitu dengan sifat jujur dan amanahnya.

Kedua, Rasulullah SAW senantiasa berkhalwat di Gua Hira. Beliau melakukannya dalam rangka menjauhi sesembahan-sesembahan yang dipuja oleh masyarakat saat itu. Di sana, beliau selalu bermunajat kepada kepada Sang Pemilik Malam dan Siang. Hingga akhirnya, datanglah risalah ilahiah berupa wahyu pertama; QS. al-‘Alaq ayat 1-5. Proses munajat beliau memakan waktu yang cukup lama. Hal yang dapat kita jadikan pelajaran ialah bahwa beliau selalu bersabar terhadap segala kebatilan pada masa itu. Cobaan dan rintangan yang ditimpakan kepada beliau dan para pengikutnya sama sekali tidak menyurutkan iman dan kepercayaannya kepada Allah SWT. Pada akhirnya, kesabaran mereka berbuah manis. Manakala Islam menyebar dengan penuh semerbak harum, perkara-perkara yang hak dapat ditegakkan, perkara yang batil dapat dilenyapkan. Hal inilah yang mestinya bisa kita tiru di masa sekarang. Adanya rintangan, tantangan, cobaan, ujian dan sebagainya bukanlah sesuatu yang bisa mengalahkan kita dalam hidup ini. Akan tetapi, adanya itu semua untuk menjadi pelecut kita dalam meraih kesuksesan dan keberhasilan dalam segala bidang.

Terakhir, Nabi SAW ialah sebaik-baiknya panutan dan uswatun hasanah dalam kehidupan fana ini. Beliau pula contoh yang paling tinggi dalam ucapan dan perbuatan, serta kehidupan rumah tangga dan masyarakat. Dalam hal ucapan dan perbuatan, beliau adalah sebaik-baiknya panutan dalam hal menjauhi tindakan membanggakan diri dan sombong. Beliau juga tidak senang terhadap perhiasan dunia. Misalnya saja, banyaknya hadiah dari para raja dan penguasa yang diberikan untuk beliau, akan tetapi tidak ada yang bisa membuatnya tergoda. Bahkan, hadiah tersebut semuanya diinfakkan untuk kebaikan dan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Tentunya semua agar umat Islam merasakan maslahat, kesejahteraan dan kemakmuran. Ini termasuk beberapa contoh kezuhudan beliau. Inilah yang patut digarisbawahi sejak zaman dahulu, khususnya lagi di zaman sekarang. Yaitu seyogianya setiap orang memberikan contoh atau suri tauladan dengan mempraktikkannya secara langsung melalui perbuatan. Jadi, contoh atau nasihat yang akan disampaikan oleh lisan nantinya tidak hanya sekedar omong kosong belaka.

Dalam hal rumah tangga dan masyarakat, beliau Nabi Muhammad SAW tidak pernah menanyakan kepada keluarganya perihal makanan. Jika disuguhkan makanan, maka akan beliau makan, jika disuguhkan minuman, maka beliau pun akan meminumnya. Beliau juga termasuk sosok yang penuh sifat murah hati, senang terhadap pergaulan dan persahabatan yang baik. Ini sebagaimana ucapan Siti Aisyah RA, “Rasulullah SAW ketika berkumpul bersama keluarga di rumahnya, beliau adalah selembut-lembutnya manusia dan beliau senantiasa tersenyum dan tertawa.” Inilah sisi menarik yang bisa kita teladani dari kehidupan Sang Rasul dalam konteks berkeluarga.

Wabakdu, saat ini adalah waktu di mana miliaran umat Islam di penjuru dunia berbahagia karena sedang memperingati Maulid Nabi SAW. Banyak yang melakukan shalawatan bersama, pengajian umum, hingga pembacaan sirah Nabawiyah. Semua itu dalam rangka mengharapkan syafaat beliau kelak di Hari Kiamat, sekaligus untuk meneladani sifat-sifat terbaik dalam diri Rasulullah. Ini karena beliau adalah sebenar imam besar, panutan dan uswatun hasanah terbaik sepanjang masa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Qalam ayat 4: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” Semoga kita senantiasa dapat meneladani Rasulullah dan mendapat syafaatnya kelak di Hari Pembalasan. Amin. Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad.

Back to top button
Verified by MonsterInsights