Opini

Sinergitas Protokol Kesehatan dengan Sunah Nabi

Oleh: Muhammad Syukron Zun-Nurain

Pandemi Covid-19 yang muncul pertama kali di Wuhan, Cina pada Desember 2019 hingga kini masih belum usai. Walau begitu, Pemerintah Indonesia melalui juru bicara Penanganan Covid-19 mengajak seluruh masyarakat agar tidak menyerah pada Covid-19 dan tetap menjaga produktivitas selama masa pandemi berlangsung dengan menerapkan tatanan New Normal. Tatanan New Normal yang dimaksud adalah kebiasaan dan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19 yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan ataupun WHO.

Jika dicermati, kasus positif yang terjadi setelah penerapan tatanan New Normal, Covid-19 terus meningkat signifikan, bahkan kini (9-9-2020) telah mencapai 203.342 pasien positif. Hal ini lantas membuat Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan melalui konferensi pers di Balai Kota Jakarta, menyampaikan agar Jakarta menerapkan kembali PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) secara total. Pelayanan Medis RSUI dr. Ahmad Hidayat pada diskusi daring Youtube Mata Najwa Kamis (10-9-2020) menyatakan bahwa pasien yang dirawat di sana bertambah tiga kali lipat dibandingkan pada masa awal pandemi. Sehingga menurutnya, Pemkot DKI Jakarta memerlukan menarik tuas “rem darurat” demi keselamatan semua orang.

Disinyalir, salah satu penyebab masih terus naiknya kurva Covid-19 di Indonesia karena kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan masih belum sepenuhnya dijalankan dengan baik. Berbeda dengan kasus positif Covid-19 yang terjadi di Mesir, yang mana Satgas Covid-19 KBRI Kairo melaporkan bahwa total kasus positif pada Kamis (10-9-2020) mencapai 100.403 orang, dengan jumlah kasus baru sebanyak 175 orang. Kondisi ini menunjukan statistik yang lebih rendah dibandingkan masa awal pandemi Corona di Mesir. Namun kita sebagai mahasiswa al-Azhar yang berprinsip wasathi tidak boleh hanya menyerahkan takdir kepada Allah, tanpa ikhtiar dan usaha. Ikhtiar kita adalah tetap memperhatikan protokol kesehatan, harus bersinergi dengan disertai tawakal dan berdoa kepada Allah SWT agar dijauhkan dari wabah tersebut. Protokol kesehatan adalah juga merupakan representasi Sunah Nabi Muhammad SAW yang sudah lebih 14 abad lalu beliau ajarkan kepada kita. Maka, disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan sama dengan menjalankan Sunah Rasulullah.

Protokol kesehatan yang harus kita jalankan berdasarkan buku Panduan Gizi Seimbang, terutama pada masa pandemi Covid-19. Di antara yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan RI 2020 adalah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Ini sebagaimana Hadist Nabi; dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan sesuatu yang Allah perintahkan pula kepada para rasul. Maka Allah SWT berfirman: “Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih.” (Al-Mu’minun; 51).

Virus Corona adalah virus yang mudah menyebar melalui air liur (droplet) orang yang batuk atau bersin yang lantas memasuki tubuh orang yang berada di dekatnya, bisa melalui mulut, hidung dan mata. Virus ini kemudian masuk ke jalur pernafasan, menempel pada reseptor di dalam sel dan mulai berkembang di sana. Dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik seperti sayur-sayuran hijau, buah-buahan dan juga mencukupkan dengan makanan bergizi seimbang, akan sangat membantu sistem kekebalan dan menghancurkan virus yang berbahaya bagi tubuh.

Anjuran protokoler selanjutnya adalah dengan rajin cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau cairan yang mengandung ditergen lainnya. Anjuran rajin cuci tangan ini senada dengan Hadits Rasulullah: ‘An Abi Hurairata radliyallahu ‘anhu, qala Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam; Idza istaiqadha ahadukum min naumihi, fala yaghmis yadahu fi al-inai hatta yaghsilaha tsalatsan, fa innahu la yadri ayna batat yaduhu; Dari Abu Hurairah RA, Rasululah SAW bersabda: “Apabila seseorang bangun tidur, maka hendaklah ia membasuh kedua tangannya tiga kali terlebih dahulu seselum memasukkan tangannya dalam wadah air. Karena sesungguhnya ia tidak tahu ke mana tangan tersebut ia letakkan waktu tidur.”

Maka dari itu, mencuci tangan merupakan salah satu cara dalam pencegahan penularan virus Corona, karena tangan merupakan medium penularan virus secara langsung maupun tidak langsung. Mencuci tangan yang benar adalah dengan: (1) Mengaliri seluruh tangan dengan air (2) Menggosok sabun ke telapak tangan, punggung tangan dan sela jari (3) Membersihkan bagian bawah kuku (4) Bilas tangan dengan air bersih mengalir (5) Keringkan tangan dengan handuk/tisu.

Protokoler kesehatan Covid-19 selanjutnya adalah dengan menjaga jarak. Anjuran ini juga bisa dikatakan manifestasi dari Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad: ‘An Fatimata binti Husain ‘an Husain ‘an abihi ‘aninnabi shallallohu ‘alaihi wasallam qala: La tudimu annadzoro ila al-mujaddzimin, wa idza takallmu hum falyakun bainakum wa bainahum qiidu rumhin; Dari Fatimah Bin Husain dari Husain dari bapaknya, Nabi SAW bersabda: “Janganlah kalian berlama-lama memandang orang yang terkena sakit kusta. Jika kalian berbicara dengan mereka, maka hendaknya ada jarak antara kalian dengan mereka berjarak seukuran tombak.”

Menurut penelitian Robert Signer, asisten profesor FK Universitas California, jika dilihat dari laju penyebaran infeksi Corona tanpa adanya pembatasan jarak (physical distancing), maka gambarannya bila di hari pertama ada 1 orang yang terinfeksi, dilanjutkan hari kelima bertambah menjadi 2,5 orang dan akan terus bertambah hingga 406 orang pada hari ke-30. Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa pembatasan jarak menjadi salah satu kunci menekan angka penularan Covid-19.

Akhirnya, karena ini masih momentum tahun baru hijriah, tatanan new normal adalah bentuk hijrah dan sinergi kita dalam beragama dengan sains. Sehingga kita memang perlu menjalankan protokol kesehatan seperti: memakan yang bergizi, rajin mencuci tangan dengan air dan sabun yang mengalir, menjaga jarak, sembari menghidupkan aspek rohani (tawakal dan berdoa) agar rasa cemas atas pandemi ini dapat hilang. Yang paling pertama tentu saja ikhtiar menjalankan protokol kesehatan, karena itu sejatinya sama juga kita menjalankan ajaran agama, karena semua sudah diajarkan Rasulullah SAW.

Back to top button