Editorial

Jangan Kotori Jubah Azhar!

Warga negara Indonesia yang belajar di Mesir mayoritas menuntut ilmu di Universitas al-Azhar Kairo Mesir. Hanya segelintir yang berstatus pelajar atau yang mengambil kuliah di kampus-kampus selain Universitas al-Azhar. Jika melihat realita tersebut, bisa dikatakan mayoritas Masisir (Masyarakat/Mahasiswa Indonesia di Mesir) adalah representasi perwajahan al-Azhar. Sudah barang tentu perilaku, akhlak dan manhaj Masisir harus selaras dengan manhaj al-Azhar secara umum.

Sudah jamak diketahui, al-Azhar ialah institusi keagamaan yang menganut paham Ahlussunah wa al-Jamaah yang akidahnya bersendikan ideologi Asy’ari dan Maturidi, fikihnya menganut empat madzhab Suni; yakni Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali, sementara dalam akhlak atau tasawufnya mengikuti tasawuf Suni ala Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam Abu Hamid al-Ghazali. Itulah manhaj al-Azhar yang selaras dengan manhaj Aswaja yang dikenal secara luas di Indonesia. Bukan Aswaja versi kaleng-kaleng yang biasa digaungkan Kaum Hijrah yang hanya menonjolkan kembali ke al-Quran dan al-Hadits. Selain yang sumbernya dari al-Quran dan Hadits, oleh mereka acap dianggap sesat lagi bathil.

Secara khusus, manhaj al-Azhar adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa kompenen yang saling koheren satu sama lainnya, sehingga akan menampilkan wajah Islam yang moderat serta toleran. Konsepsi manhaj Aswaja al-Azhar sendiri sejak ribuan tahun yang silam selalu fokus dalam bidang dakwah ilmiah, menyebarkan paham moderatisme (wasatiah), serta menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin. Sebagai Azhari, tentu kita harus selalu berupaya mendukung manhaj Aswaja ala al-Azhar supaya tetap eksis hingga akhir zaman.

Sebuah ikatan mahasiswa al-Azhar, entah itu yang bersifat asal sekolah (almamater), ikatan kultural (kekeluargaan), bersifat kebangsaan (PPMI), hingga yang universal (parlemen wafidin) semua merupakan representasi al-Azhar. Mau tidak mau mereka harus menjaga manhaj dan citra Azhari yang melekat pada diri komunitas mereka itu. Jangan sampai mereka semua justru mencoreng wajah al-Azhar dengan berperilaku atau mengadakan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan ideologi atau manhaj al-Azhar. Misalnya dengan menyelanggarakan atau memfasilitasi acara yang mayoritas pengisinya adalah tokoh-tokoh kaum Hijrah yang notabene manhajnya berbeda dengan al-Azhar. Boleh jadi tidak semua narasumbernya bertentangan dengan ideologi Azhar, tapi ada beberapa nama yang afiliasinya sudah jelas-jelas merupakan tokoh pengusung khilafah, terindikasi partisan Ikhwanul Muslimin atau merupakan tokoh-tokoh sentral Salafi-Wahabi di Indonesia. Menyokong acara semacam itu tentu saja tidak bisa dibenarkan. Entah secara personal sebagai Azhari, apalagi secara kelembagaan.

Wabakdu, menyikapi polemik terkait rencana acara “amazing muharam” Penggerak Perubahan yang tadinya hendak disokong penuh oleh PPMI, kemudian dibatalkan setelah menjadi sumber kehebohan. Dari situ tentu kita harus belajar untuk cermat memilah mana acara yang hendak kita ikuti dan kita sokong. Jangan sampai kita masuk dalam peribahasa “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri” dan menjadi kader Azhari yang mengotori jubah Azhar dengan laku kenistaan. Apapun itu!

Cek Juga
Close
Back to top button
Verified by MonsterInsights